Buka mata, buka telinga, tuk kenali dunia

Rabu, 20 Januari 2010

MENUNJUKKAN LARUTAN ASAM, BASA, DAN NETRAL

I. Topik
Menunjukkan larutan asam , larutan basa, dan larutan netral

II. Tujuan
Membedakan larutan asam, larutan basa, dan larutan netral dengan indikator kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru.

III. Alat dan Bahan
Air suling
Larutan cuka
Air kapur
Pipet
Pelat tetes
Kertas lakmus merah
Kertas lakmus biru
Tabung reaksi

IV. Langkah Percobaan
1. Meletakkan kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru pada pelat tetes.
2. Meneteskan air suling pada kertas lekmus merah dan lakmus biru.
3. Mengamati perubahan yang terjadi pada kertas lakmus.
4. Mengulangi kegiatan 2 dan 3 secara bergantian dengan menggunakan larutan cuka, selanjutnya menggunakan air kapur.



V. Kajian Teori
Berdasarkan larutan asam dan basa, larutan dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Selain rasa masam pada asam, dan rasa pahit pada basa, tidaklah bijaksana untuk menunjukkan keasaman atau kebasaan dengan cara mencicipinya, karena banyak diantaranya yang dapat merusak kulit atau bersifat racun. Misalnya, asam sulfat yang dapat menyebabkan luka bakar yang serius. Untuk mengidentifikasi sifat asam dan basa suatu senyawa dapat digunakan zat penunjuk atau indikator. Indikator yang sering digunakan di labolatorium misalnya kertas lakmus, phenoptalein, metil merah, dan metil jingga.
Indikator asam basa adalah zat-zat warna yang mampu menunjukkan warna berbeda dalam larutan asam basa. Misalnya lakmus. Lakmus akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa.

VI. Data Hasil Percobaan

Bahan Perubahan warna lakmus Sifat larutan
Biru Merah Asam Basa Netral
Air suling Biru Merah 
Larutan cuka Merah Merah 
Air kapur Biru Biru 


VII. Analisa Data
Perubahan warna kertas lakmus dapat menjadi indikator sifat asam basa suatu larutan. Jika lakmus merah berubah menjadi warna biru, sedangkan lakmus merah tetap atau tidak berubah pada suatu larutan, maka dikatakan bahwa larutan tersebut merupakan larutan basa. Sedangkan jika lakmus biru berubah menjadi warna merah, sedangkan lakmus biru tetap atau tidak berubah pada suatu larutan, maka dikatakan bahwa larutan tersebut merupakan larutan asam. Akan tetapi jika pada kedua kertas lakmus tadi tidak terjadi perubahan warna, maka dikatakan bahwa larutan tersebut digolongkan sebagai larutan netral.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dilihat pada tabel. Bahwa pada saat kertas lakmus merah maupun lakmus biru ditetesi air suling, tidak ada perubahan warna. Oleh karena itu, air suling digolongkan sebagai zat yang bersifat netral.
Pada saat kertas lakmus biru ditetesi dengan larutan cuka, warnanya berubah menjadi warna merah. Sedangkan kertas lakmus merah ketika ditetesi dengan larutan cuka tidak terjadi perubahan warna. Warnanya tetap. Maka, dikatakan bahwa larutan cuka merupakan larutan asam.
Pada saat kertas lakmus merah ditetesi dengan air kapur, warnanya berubah menjadi warna biru. Sedangkan kertas lakmus biru ketika ditetesi dengan air kapur tidak terjadi perubahan warna. Warnanya tetap. Maka, dikatakan bahwa air kapur merupakan zat yang bersifat basa.


VIII. Kesimpulan
Air suling merupakan zat yang bersifat netral.
Larutan cuka merupakan larutan yang bersifat asam
Air kapur merupakan zat yang bersifat basa.
Berkaitan dengan sifat asam basa, larutan dikelompokkan dalam 3 golongan, yaitu yang bersifat asam, basa, dan netral.
Lakmus akan berwarna merah pada larutan asam
Lakmus akan berwarna biru pada larutan basa.

REAKSI TULANG KERAS

LAPORAN HASIL PENGAMATAN

I. JUDUL
Reaksi Tulang Keras

II. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengaruh Mineral terhadap kekuatan tulang.
b. Mengetahui reaksi tulang keras
c. Memahami struktur tulang keras dan tulang rawan

III. ALAT DAN BAHAN
a. Tulang paha ayam 2 potong
b. Gelas
c. Larutan asam cuka 300 ml

IV. CARA KERJA
a. Menyiapkan tulang yang telah dibersihkan dari sisa-sisa daging yang melekat.
b. Mengamati keadaan tulang sebelum perendaman dan sebelum pengeringan, misalnya tentang kekerasannya, kelenturannya, dan warnanya.
c. Memasukkan hasil pengamatan sebelum direndam dan dipanaskan ke dalam tabel dan kemudian dilanjutkan dengan merendam salah satu tulang ke dalam larutan asam yang tersedia. Tulang yang lain dipanaskan di bawah sinar matahari.
d. Mengangkat tulang dari dalam larutan asam cuka dengan hati-hati setiap 24 jam. Kemudian mengamati perubahan-perubahan yang ada pada tulang tersebut serta mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada tulang yang dipanaskan di bawah sinar matahari.
e. Mengalangi pengamtan selama 5 hari (dari hari selasa sampai minggu).
f. Membuat perbandingan hasil pengamatan selama 5 hari.

V. TABEL PENGAMATAN
Hari ke- Sasaran Pengamatan Tulang
Direndam di larutan asam cuka Dikeringkan di bawah panas matahari
Ke- 0 warna Putih tulang Putih tulang
Kekerasan Keras pada seluruh bagian Keras pada seluruh bagian
Kelenturan Tidak lentur Tidak lentur
Lain-lain Ada lapisan penutup tulang pada bagian ujung. Ada lapisan penutup tulang pada bagian ujung.
Ke- 1 warna Agak gelap di bagian epifisis Agak kecoklatan dibagian tepi tulang
Kekerasan Keras dibagian diafisis dan tepi epifisis mulai melentur Keras pada seluruh bagian
Kelenturan Tidak lentur kecuali pada tepi epifisis Tidak lentur
Lain-lain Mulai timbul bercak putih di bagian tepi epifisis, dan terdapat endapan putih di larutan cuka. Ada lapisan penutup tulang pada bagian ujung.
Ke- 2 warna Agak gelap dibagian epifisis Mulai bertambah gelap dibagian epifisis
Kekerasan Keras dibagian diafisis dan kelenturan di bagian epifisis mulai bertambah Keras pada seluruh bagian
Kelenturan Tidak lentur. Melentur dibagian epifisisnya saja. Tidak lentur
Lain-lain Bercak putih bertambah dibagian epifisis (menjadi lebih banyak), endapan putih juga bertambah di larutan asam cuka, dan volume larutan berkurang Mulai kelihatan rongga pada tulang spons, dan tepi epifisis mulai menjadi kasar.
Ke- 3 warna Warna gelap pada bagian epifisis bertambah Warna gelap pada epifisis mulai bertambah sampai ke garis epifisial.
Kekerasan Bagian diafisis masih keras. Seadangkan bagian epifisis sudah melentur. Keras pada seluruh bagian
Kelenturan Tidak lentur, kecuali dibagian epifisis Tidak lentur
Lain-lain Bercak putih bertambah dibagian epifisis, endapan putih bertambah, dan volume larutan berkurang dari sebelumnya. Lapisan pembungkus tulang spons pada epifisis mulai mengelupas.
Ke- 4 warna Warna gelap bertambah sampai ke tepi diafisis. Bagian tengah diafisis masih berwarna putih tulang. Bagian tepi epifisis berubah warna menjadi putih agak kecoklatan
Kekerasan Bagian tengah diafisis masih keras sedangkan pada garis epifisial mulai lentur Keras pada seluruh bagian
Kelenturan Hanya bagian diafisis saja yang melentur Tidak lentur
Lain-lain Endapan bertambah banyak. Bercak putih sampai ke bagian diafisis. Dan voume air berkurang Mulai nampak serat-serat tulang, terbentuk rongga pada bagain diafisis tulang, dan lapisan pembungkus tulang kompak sudah mulai mengelupas
Ke- 5 warna Warna gelap bertamabah dibagian diafisis Baian epifisis berwarna putih kecoklatan. Sedangkan di bagian garis epifisal mulai nampak warna gelap.
Kekerasan Bagian tengah diafisis masih keras. Sedangkan baian epifisis dan tepi diafisis melentur. Keras pada seluruh bagian
Kelenturan Agak lentur Tidak lentur
Lain-lain Endapan bertambah banyak, bercak putih keseluruh bagian tulang, dan volume air berkurang Nampak serat-serat tulang dan rongga pada baian diafisis

VI. ANALISIS DATA
“Mengapa tulang menjadi lentur setelah direndam di dalam larutan asam cuka?”
Setelah tulang direndam selam 5 hari dalam larutan cuka, tulang bisa dibengkokkan (menjadi lentur). Hal ini terjadi karena asam cuka berfungsi sebagai mineral yang menyebabkan zat kapur (yang tersusun atas kalsiun karbonat, kalsium fosfat, zat perekat, dan protein) yang mengisi ruang antar sel, keluar dari dalam tulang, membentuk endapan di dalam larutan cuka. Oleh sebab itu, tulang tidak lagi bersifat keras (menjadi lentur)

VII. KESIMPULAN
• Larutan asam cuka dapat menyebabkan tulang menjadi luntur
• Tulang menjadi luntur, karena kehilangan zat kapur

CONTOH MAKALAH: MADURA BANGKIT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sebagai salah satu suku bangsa terbesar ketiga di Indonesia ( sesudah suku Jawa dan suku Sunda ), suku bangsa Madura mempunyai posisi dan relung yang mapan di Indonesia. Karena tidak banyak kajian akademis mendalam seputar antropologi Madura yang sudah dilakukan orang, maka banyak pertanyaan yang belum bisa dijawab dengan memuaskan. Salah satunya, Mengapa manusia Madura yang berjaya di luar enggan melakukan investasi di pulaunya?. Menyikapi hal tersebut, masyarakat Madura ingin membuktikan bahwa pulau yang berada di timut laut Pulau Jawa ini, bisa berjaya dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat.
Jika dikaitkan dengan perilaku manusia Madura, prospek kemajuannya seakan-akan terhalang oleh kekonservativan masyarakat Madura yang sejak semula selalu dilukiskan sebagai orang yang berwatak kasar, keras bicaranya, dan blak-blakan mengutarakan pendapatnya, mudah tersinggung, berdarah panas, beringas, serta tidak tahu adat sehingga tidak bisa bersopan santun. Semuanya itu sebenarnya merupakan pelukisan yang diambil dari sekumpulan cuplikan mengacak dari pelbagai peristiwa, tempat, dan waktu yang terpisah-pisah.
Sejarah memang membuktikan bahwa sekelompok etnis Madura termasuk salah satu suku bangsa Indonesiayang tahan bantingan zaman. Mereka mempunyai tingkat adaptasi dan toleransi yang tinggi terhadap perubahan, keuletan kerja tak tertandingi dan keteguhan berpegang pada asas falsafah hidup yang diyakininya. Walaupun diberikan dengan nada sinis, selanjutnya diakui juga bahwa orang Maduramemiliki keberanian, kepetualangan, kelurusan, kesetiaan, kehematan ( yang terkadang mengarah kekepelitan ), keceriaan, dan rasa humor yang khas.
Memang harus diakui bahwa Pulau Madura sebagai bumi terdapat asal-usul orang Madura tidaklah merupakan taman firdausi idaman penduduknya, karena pembangunan fisik materiil untuk kesejahteraan jasmani dan rohani masih banyak menunjukkan rumpang yang bisa dan harus disempurnakan. Pulau yang dihuni sekita 3.250.000 orang itu belum memperlihatkan kemajuan pembangunan yang berarti bila dipertimbangkan kedekatannya dengan kota metropolotan Surabaya. Melalui jalan Madura Bangkit Inilah diharapkan Madura bisa menunjukkan jati diri dan khasanah yang yang masih belum terangkat, tidak hanya diperlihatkan di dalam negeri, tetapi juga di dunia Internasional.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulis dari pembuatan karya tulis ini antara lain:
a. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat perkembangan pembangunan fisik maupun non fisik di pulau Madura.
b. Mengetahui alternatif yang tepat untuk meningkatkan pembangunan di Madura.
c. Memahami arti penting dari pembangunan yang dilaksanakan di pulau Madura.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari pembuatan karya tulis ini, antara lain:
a. Bagi siswa
Menambah pengetahuan siswa tentang perkembangan pembangunan di pulau Madura.
b. Bagi ilmu pengetahuan
Sebagai paradigma baru untuk mengetahui tingkat perkembangan pembangunan di pulau Madura dibangdingkan dengan daerah-daerah lain di wilayah Indonesia.














BAB II
PEMBAHASAN


Suku bangsa Madura merupakan suku bangsa terbesar ketiga di Indonesia setelah suku Jawa dan suku Sunda. Dalam proses perkembangannya saat ini, telah digalakkan beberapa rencana dan program pembangunan fisik materiil demi kesejahteraan jasmani dan ketenganan rohani masyarakat Madura.
Bukti konkrit pembangunan yang tengah dilaksanakan di pulau garam ini, salah satunya adalah pembangunan jembatan Suramadu di pesisir pantai Labang (pulau Madura) sampai pesisir pantai Kenjeran (pulau Jawa).
Pembangunan jembatan Suramadu merupakan bagian terintegran dengan pengembangan Gerbangkertasusila yang menjadi faktor penunjang dan katalisator industrialisasi, menjadikan Madura lebih terbuka, dan mampu mengejar ketertinggalan dengan daerah lain.
Saat ini, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur sedang mengolah kaki jembatan Suramadu menjadi proyek wisata baru di Jawa Timur. Kawasan kaki jembatan Suramadu selain akan dijadikan sebagai wahana wisata baru, juga akan direlisasikan sebagai tempat perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel dan pemukiman.
Khusus kaki jembatan sisi Madura, lokasi pengembangannya meliputi lahan seluas 200 hektar. Posisinya terletak di desa Sendang Laok, Markopek, , Baengas, Pangpong, Sukolilo Barat, dan Kecamatan Labang. Selain lahan seluas 200 hektar, Badan Percepatan pembangunan dan pengembangan Kawasa Suramadu (BP3KS) juga menyediakan beberapa kawasan lain untuk penunjang. Untuk kawasan selatan, akan difokuskan untuk industri kecil, menengah, dan pariwisata. Kawasan tengah akan dosiapkan sebagai area konservasi. Sedangkan, kawasan utara akan direncanakan sabagai area industri berat.
Dengan adanya pendekatan-pendekatan tadi, pandangan jembatan Suramadu yang semula dianggap sebagai jembatan politis berubah menjadi jembatan kesejahteraan khususnya masyarakat Madura.
Sebuah langkah penyelamatan kebudayaan adiluhung, telah dilaksanakan guna meningkatkat tonggak kebangkitan kebudayaan Madura dan menyiapkan srtategi kebudayaan untuk mesa depan masyarakat Madura yang lebih baik dalam berbagai aspek kehidupannya. Selain itu, dengan diadakannya kongres ditujukan agar kebudayaan Madura bisa memberi sumbangan yang berartipada kebudayaan nasional, bahkan kebudayaan global.
Arus modernisasi lambat laun telah mengerus nilai-nilai budaya masyarakat Madura. Salah satu contohnya, bahasa Madura yang menjadi salah satu unsur penting dari kebudayaan Madura, nyaris tidak dipakai lagi dalam kahidupan sehari-hari. Padahal, dalam konsep kebudayaan, bahasa menunjukkan bangsa.
Pembangunan jembatan Suramadu akan semakin membuka Madura dari dunia luar. Arus barang, jasa, juga orang akan lebih padat, yang bisa membawa peradaban baru masuk Madura. Tentunya, itu adalah tantangan bagi masyarakat Madura untuk berusaha agar kulturnya tidak terkikis.
Penyelamatan kebudayaan Madura sungguh sangat besar dengan berbagai kompleksitas diatas. Dengan diadakannya Kongres Kebudayaan Madura dibahas secara komprehensif 3 pokok pikiran. Yakni, orang Madura; pendidikan dan pesantren; seni, budaya dan Bahasa Madura.
Madura Bangkit tidak hanya dilihat dari segi pembangunan fisiknya saja, akan tetapi juga pembangunan mental dan spiritualnya. Salah satu usaha yang dilaksanakan oleh LSM se Madura adalah dengan menggalakkan program Madura Mandiri.
Jumlah keluarga miskin yang meningkat dari waktu ke waktu, memetakan potret kemiskinan di berbagai lapisan dan komunitas masyarakat Madura. Kegiatan yang digalakkan LSM guna mengurangi dan mencegah terjadinya hal tersebut adalah dengan terus konsisten memetakan persoalan-persoalan kemiskinan, baik kemiskinan struktural maupun kemiskinan kultural.
Kemiskinan struktural yakni dimensi kemiskinan yang disebabkan dari akses kebijakan pemerintah, sedangkan kemiskinan kultural merupakan suatu kondisi yang diakibatkan faktor ketidakmampuan dan keterbelakangan berbagai akses, mulai pendidikan ekonomi, budaya, dan sebagainya.
Hal-hal yang telah disebutkan diatas lah yang menjadi usaha bersama baik dari komponen pemerintah, DPR, tokoh masyarakat, serta lapisan masyarakat guna menyongsong Madura Bangkit. Tidak hanya bangkit dalam pembangunan fisiknya saja akan tetapi juga bangkit dalam pembangunan mental dan spiritual.







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a) Kebangkitan Madura diberbagai sektor memacu masyarakat Madura agar lebih berkembang baik dalam kehidupan jasmani maupun rohani.
b) Dengan mengetahui perkembangan pembangunan di pulau Madura, kita bisa melihat tingkat kemajuan wilayah Madura diantara daerah lain di Indonesia.
c) Pembangunan yang dilaksanakan di pulau Madura tidak hanya menitikberatkan pada pembangunan fisiknya saja, akan tetapi juga pembangunan mental dan spiritual.

3.2 Saran
a) Hendaknya sebagai masyarakat Madura kita turut ambil bagian dalam pembangunan yang yang dilaksanakan di Pulau Madura
b) Dalam mencapai kebangkitan Madura kita harus bisa memilih alternatif yang paling tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Madura.
c) Pembangunan di Madura sebaiknya bukan hanya pembangunan fisik saja tetapi juga pembangunan pribadi mandiri secara utuh.
d) Hendaknya masyarakat Madura bisa meningkatkan pembangunan yang lebih maju dari sebelumnya.

PERCOBAAN KALOR LEBUR

PERCOBAAN III

Nomor Percobaan : PU3
Topik : Kalor Lebur
Tujuan : Menentukan Kalor Lebur Es

C. Alat dan Bahan
• Termometer 2 buah
• Breaker alumunium 1 buah
• Isolasi pelindung 1 buah
• Neraca 1 buah
• Klem Universal 1 buah
• Gelas Kimia 2 buah
• Air
• Korek
• Es

D. Langkah Kerja
• Timbang kalorimeter kosong, m k = 50 gram
• Isi kalorimeter dengan air hingga seperempat bagian, kemudian timbang menggunakan neraca, m k + a = 105 gram
• Ukur suhu kalorimeter + air, t1 = 30°C
• Catat suhu, masukkan potongan-potongan es yang mulai mencair, permukaan basah, t2 = 12°C
• Masukkan potongan-potongan es yang sudah dikeringkan dengan kertas saring ke dalam kalorimeter sambil diaduk tepat saat es mencair semua, catat massanya, m ( k + a + e) =122,4 gram

Jika hanya es yang menerima kalor dari kalorimeter + air, Kalor Lebur es …






E. Analisis Data


30 C
Q a

12 C ts

Q es-air
0 C Q L






Q L = QT
Q a = Q L + Q es-air
M a x c a x Δt a = M es x L es + M es x c a x Δt
55 x 1 x 18 = 17,4 x L es + 17,4 x 1 x 2
990 = 17,4 + 208,8
781,2 = 17,4 L es
L es = 44, 9 kal/gram

F. Kesimpulan
Kalor Lebur merupakan banyaknya kalor yang diperlukan untuk meleburkan 1 gram zat, pada suhu 1 C. Sehingga dapat dirumuskan:
L = Q
m

G. Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
• Es yang ada di Kutub Utara dijadikan pedoman suhu udara di bumi. Jika es di Kutub Utara mencair, itu artinya suhu dibumi meningkat. Begitu pula sebaliknya.

PERCOBAAN KALOR JENIS

PERCOBAAN II

Nomor Percobaan : PU2
Topik : Kalor Jenis
Tujuan : Menentukan Kalor Jenis Suatu Logam

A. Alat dan Bahan
• Termometer 2 buah
• Breaker alumunium 1 buah
• Isolasi pelindung 1 buah
• Neraca 1 buah
• Klem Universal 1 buah
• Pembakar Spirtus 1 buah
• Gelas Kimia 2 buah
• Air
• Korek
• Kubus Logam

B. Langkah Kerja
• Ikat kubus logam dengan benang jahit kemudian ditimbang, m1 = 61,8 gram
• Isi gelas kimia dengan air hingga ⅓ bagian kemudian gantung kubus di dalam gelas kimia hingga logam tercelup seluruhnya dan panaskan hingga mendidih, catat suhunya t1 = 85 C
• Timbang kalorimeter kosong, catat massanya, mk = 50 gram
• Tuangkan air ke dalam kalorimeter hingga ¼ bagian kemidian ditimbang, massanya, m ( k + a ) = 111,8 gram
• Catat suhu air + kalorimeter, t2 = 30 C
• Angkat logam dari air mendidih kemudian masukkan ke dalam kalorimeter
• Aduk-aduk air dalam kalorimeter sampai suhunya tidak berubah lagi. Catat suhunya, t2 = 34 C

C. Hasil Percobaan
• Massa kubus logam m l = 61,8 gram
• Massa kalorimeter kosong mk = 50 gram
• Massa air m a = m ( k + a ) – M k
= ( 50 + 68 ) – 50
= 68 gram
• Suhu Kubus Logam t1 = 85°C
• Suhu kalorimeter + air t2 = 30°C
• Kapasitas Kalor kalorimeter Ck =
• Kalor Jenis Air c a = 1 kal/ gram C

Jika hanya air yang kalorimeter yang menerima kalori dari kubus logam, maka kalor jenis logam dapat ditentukan kalor jenis logam…

D. Analisis Data
Logam
m l = 61,8 gram
c l = ?
t l = 85 C
ts



kalorimeter air
mk = 50 gram m a = 68 gram
c k = 0,092 kal/gr C c a = 1 kal/gr C
t k = 30 C t a = 30 C


Q L = QT
Q l = Q k + Q a
M l x c l x Δt l = M k x c k x Δt k + M a x c a x Δt a
61,8 x 51 x c = (50 x 0,092 x 4) + ( 68 x 1 x 4 )
3151,8 c = 18,4 + 272
3151,8 c = 290,4
c = 0,092 kal/gr C
E. Kesimpulan
Kalor jenis merupakan Banyaknya kalor yang dugunakan untuk mengubah 1 gram zat, sebesar 1 C. Seingga dapat dirumuskan :
C = Q
m x t

F. Apresiasi dalam Kehidupan Sehari-hari
• Digunakan sebagai penyimpan enegi thermal, apabila zat tersebut mampu menyerap lebih banyak kalor untuk kenaikan suhu yang rendah. Contohnya, air

PERCOBAAN KAPASITAS KALOR

LAPORAN KEGIATAN
PRAKTIKUM FISIKA

Mengidentifikasi Kapasitas Kalor, Kalor Jenis,
dan Kalor Lebur



 Nama Kelompok : CASABLANCA
 Nama Anggota : Harfina Indriani (16)
Katherine EDPP (20)
Alvin Isnaini (03)
Febriana CD (11)
Gerda Arum C (13)
 Kelas : X-1
 Tanggal Kegiatan : 9 Maret 2007
 Kompetensi Dasar : I
 Indikator : Untuk mengidentifikasi Kapasitas Kalor, Kalor Jenis, d dan Kalor Lebur Zat
 Materi Pokok : Kalor
 Pengalaman Belajar : * Telah mempelajari meteri mengenai Kapasitas KalorKalor, Kalor Jenis, dan Kalor Lebur Zat
* Telah Melakukan Praktikum dalam menentukan KapaKapasitasitas Kalor, Kalor Jenis, Dan Kalor LeburLebur
 Tujuan : Menentukan Kapasitas Kalor, Kalor Jenis, dan Kalor Lebur Lebur Zat




PERCOBAAN I

Nomor Percobaan : PU1
Topik : Kapasitas Kalor
Tujuan : Menentukan Kapasitas Kalor Kalorimeter Alumunium

A. Alat dan Bahan
• Termometer 2 buah
• Breaker alumunium 1 buah
• Isolasi pelindung 1 buah
• Neraca 1 buah
• Klem Universal 1 buah
• Pembakar Spirtus 1 buah
• Gelas Kimia 2 buah
• Air
• Korek

B. Langkah Kerja
• Timbang kalorimeter kosong, m k = 50 gram
• Isi kalorimeter dengan air hingga seperempat bagian, kemudian timbang menggunakan neraca, m k + a = 155 gram
• Ukur suhu kalorimeter + air, t1 = 30°C
• Isi gelas kimia dengan air hingga ⅓ bagiankemudian panaskan hingga mendidih, catat suhu akhir t2 = 85°C
• Masukkan air panas tadi ke dalam kalorimeter, aduk perlahan-lahan hingga merata, kemudian catat suhu akhir ta = 42°C
• Timbang kembali kalorimeter bersama air campurannya, m k + c = 227,85 gram

C. Hasil Percobaan
• Massa kalorimeter kosong, m k = 50 gram
• Massa air, m1 = m ( k + a ) – mk = 155 -50 = 105 gram
• Suhu air + kalorimeter t1 = 30°C
• Suhu air panas t2 = 85°C
• Massa air panas m2 = m ( k + c ) – m ( k + a )
= ( 50 + 227,85 ) – 155
= 122,85 gram
• Kalor jenis air ca = 1 kal/ gr C

D. Analisis Data

Air panas
m ap = 277,85 gram
c ap = 1 kal/ gr C
t ap = 85 C

ts




Kalorimeter air
m k = 50 gram m a = 105 gram
t k = 30 C t a = 30 C
c k = 0,092 kal/ gr C c a = 1 kal/ gr C

Q L = QT
Q ap = Q k + Q a
M ap x c ap x Δt ap = M k x c k x Δt k + M a x c a x Δt a
277,85 x 1x ( 85 – ts) = 50 x 0,092 x ( ts – 30) + 105 x 1 x ( ts – 30)
19367,25 – 227,85 ts = 4,6 ts – 138 + 105 ts + 3150
16079,25 = 337,45 ts
ts = 47,6 C

Qk = M k x c k x Δt k
Qk = 50 x 0,092 x ( ts – 30 )
Qk = 50 x 0,092 x ( 47,6 – 30 )
Qk = 80,96 kal

C = Q
Δt
= 80,96
47,6
= 4,6 kal/ gr

D. Kesimpulan
Kapasitas kalor merupakan bilangan yang menunjukkan banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu benda untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 C. Sehingga dapat dirumuskan:
C = Q
Δt

E. Apresiasi dalam Kehidupan Sehari – hari
• Pembuatan bejana
• Memprediksi banyaknya kalor yang ditampung.

Minggu, 03 Januari 2010

CURAHAN HATI

Tema : Pilihan Prodi Pendidikan Fisika

Karena Pobia, Fisik dan Bakat

Semester genap kelas XII telah tiba. Tidak ada hal spesial yang harus aku persiapkan untuk menyambutnya. Sepatu, seragam atau pun tas baru sudah tidak terpikirkan lagi. Yang ada hanya 5 buku tulis baru. Selebihnya, adalah buku lawas dari kelas sebelumnya yang masih bisa aku gunakan. Hal yang jauh lebih penting untuk dipersiapkan dari semua itu adalah rencanaku setelah lulus Sekolah Menengah Atas.

Gundah, gelisah dan bimbang. Perasaan- perasaan itu yang sering kali menghantui pikiranku. Tidak jarang, aku meminta nasehat pada orang- orang terdekatku mengenai apa yang seharusnya aku lakukan pasca lulus nanti.

Nasihat demi nasihat telah aku dapat dari oarng- orang terdekatku. Semua itu, aku jadikan dasar pertimbangan. Sampai akhirnya, aku memutuskan untuk kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu berkuliah.

Pepatah mengatakan, mati satu tumbuh seribu, satu masalah sudah aku temukan pemecahannya, tetapi malah muncul masalah baru. Masalah tersebut adalah bidang apa yang semestinya aku tekuni saat aku kuliah nanti. Hal serupa aku lakukan kembali. Bertanya dan terus bertanya pada orang- orang yang aku percaya, sampai aku menemukan bidang yang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang aku miliki.

Hari demi hari, bulan berganti bulan. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sampai tiba waktu yang aku tunggu, yakni pendaftaran PMDK. Kebingunganku memuncak. Klimaks kegalauanku terasa di ujung kepala. Memanas, mendidih, sampai terluapkanlah kebimbanganku itu dengan sakit yang aku derita. Tak apalah. Aku rasa itu adalah efek samping dari proses menuju kedewasaanku.

Aku jadikan masa- masa sakitku sebagai waktu untuk merenung dan mempertimbangkan bidang apa yang akan aku tekuni saat aku kuliah nanti. Perenungan dimulai dengan cita- cita masa kecilku. Yakni berangan menjadi dokter, polisi, atau anggota DPR. Sesaat dalam perenunganku itu, kalau aku menjadi dokter, aku tidak bisa melawan pobia ku terhadap darah. Ingin menjadi polisi, tapi fisik tidak memenuhi. Ingin menjadi anggota DPR, tetapi tidak punya bakat korupsi. Akhirnya, aku memutuskan untuk menjadikan prestasi belajar kimia ku sebagai dasar pemilihan.

Awalnya aku mencoba mengikuti mendaftarkan diri menjadi calon mahasiswa teknik kimia di salah satu perguruan tinggi teknik negeri di Surabaya. Ketertarikan itu sebernarnya karena ada embel- embel beasiswa dari pemerintah daerah. Tetapi apa mau dikata, dewi fortuna masih belum menyertaiku.

Semangatku tidak lantas pupus karena kegagalan itu. Mencoba dan terus mencoba. Aku ikuti program PMDK lainnya yang sesuai dengan kemampuanku. Salah satunya dengan mendaftarkan diri di Universitas Negeri Malang (UM), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dengan pilihan program studi pertama pendidikan kimia dan kedua pendidikan fisika. Entah pertimbangan kuat apa yang terlintas saat itu, sehingga aku memilih kedua program studi tersebut. Tetapi masih ada satu titik keyakinan bahwa aku berminat menekuninya.

Hari pengumuman PMDK UM pun tiba. Tidak disangka, nama “Harfina Indriani” terpampang di salah satu halaman website UM. Alangkah terkejut hatiku saat itu. Aku diterima sebagai mahasiswa program studi pendidikan fisika, pilihan kedua ku. Bangga, puas, dan terbayarkanlah rasa cemas yang menghantuiku selama ini. Selang beberapa hari, salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Surabaya mengumumkan hal yang sama. Kebetulan aku juga mengikuti program PMDK Prestasi di sana. Ternyata, hal yang sama pula terjadi. Aku lulus seleksi. Mulai bertambahlah rasa percaya diriku. Apalagi dari Kabupaten Bangkalan hanya aku dan seorang temanku yang diterima.

Di sela suka citaku, terbesit rasa gundah. Aku merasa bingung ingin memilih mana yang akan aku tekuni, kelak. Keduanya sama- sama aku suka. Berbagai macam hal yang aku jadikan dasar pertimbangan. Suasana rumah pun memanas. Kedua orang tuaku mulai turun tangan membatu aku menyelesaika masalah itu. Masing- masing memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda. Tetapi, untuk jawaban mutlaknya, mereka tetap memberikan keluasan untukku dalam menentukan pilihan terbaik.

“Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, aku memutuskan untuk memilih UM sebagai tempat kuliahku”, sepintas ucapku untuk meyakinkan hati putih ini. Kalimat serupa juga aku katakan dihadapan kedua orang tuaku. Mereka berbesar hati menerima keputusanku itu, meskipun ada salah satu pihak yang aku kecewakan. Tetapi inilah hidup yang penuh dengan pilihan. Kita dituntut untuk memilih yang terbaik diantara yang baik. Dari keputusanku itu, aku berharap bisa menggunakan ilmu dan kemampuan yang aku peroleh seutuhnya untuk aku abdikan dan dermakan bagi bangsa dan negara menjadi seorang pendidik yang professional dan berbudi pekerti mulia.

ARTIKEL PENDIDIKAN

ARTIKEL

Dilema Tanpa Tanda Jasa

Ada peribahasa klasik yang menyebutkan, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Sekilas, bisa membayangkan bukan? Sebuah pepatah parody yang syarat akan makna. Pesan dalam kalimat tersebut menekankan bahwa seorang guru tidak boleh lebih ceroboh disbanding seorang murid. Segala tingkah laku dan tutur katanya ibarat lokomotif yang selalu diikuti oleh gerbong-gerbongnya. Mengisyaratkan bahwa guru merupakan sosok yang menjadi teladan dan pendidik karakter bagi peserta didiknya.

Entah berapa banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru setiap harinya. Problema mengajar, status kepegawaiannya dalam sebuah institusi, maupun teguran asam manis dari para orang tua peserta didik sudah lumrah dalam mengisi setiap detik waktunya.

Dengan adanya permasalahan-permasalahan yang timbul justru memberikan anggapan-anggapan miris mengenai guru. Sedikit sekali masyarakat yang mengerti bahwa pengorbanan jiwa dan raga yang diberikan oleh seorang guru merupakan sesuatu yang tidak ternilai harganya. Guru sebenarnya tidak pernah menginginkan balas jasa dari yang telah dilakukan. Keadaanlah yang menuntut sebagian kecil guru tidak sepenuh hati melaksanakan kewajibannya, mulai dari daya dukung orang tua dan masyakat yang masih minim, keadaan birokrasi yang berbelit-belit, belum lagi dengan kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi.

“Selain itu, anggapan bahwa para orang tua anak didik adalah orang yang telah membayar upah para guru sehingga mereka berhak menuntut macam-macam pada pihak sekolah jika terjadi sesuatu yang tidak beres pada diri anak-anaknya” Amiruddin (2008). Padahal jika kita hitung waktu siswa di sekolah rata-rata paling lama sembilan jam, jadi sisanya di luar sekolah, seperti di rumah, masyarakat maupun ditempat-tempat pendidikan nonformal lainnya. Tetapi bagaimana tanggapan wali murid? Faktanya, semua tanggung jawab pendidikan anaknya dibebankan pada sekolah, khususnya guru. Lantas dimana peran serta orang tua, pemerintah, media massa, serta lembaga nonformal lainnya? Adilkah bila semua yang terjadi pada siswa hanya guru yang disalahkan atau hanya menjadi tanggung jawab guru?

Problema lain yang yang dihadapi oleh segelintir guru adalah mengenai statusnya sebagai guru bantu atau guru honor yang masih dipandang sebelah mata oleh pemerintah. Permasalahan utamanya adalah bagaimana guru bantu itu mendapatkan jaminan kerja yang memadai dan dapat memperbaki kesejahteraan mereka. Yang terlihat selama ini, terjadi perbedaan yang signifikan, khususnya antara guru bantu dengan guru PNS. Padahal kewajibannya sama, namun hak (gaji) jauh berbeda. Guru bantu dalam sebulan rata-rata memperoleh gaji sebesar 300-900 ribu rupiah, sedangkan guru PNS memperoleh sebesar 2,5-3 juta rupiah perbulan. Melihat kenyataan tersebut terbesit idealisme bahwa kepuasan tidak dapat dinilai dengan uang.

Setiap kebijakan ditetapkan pasti terdapat celah baik dan buruknya. Begitu pula dengan pengadaan guru bantu. Sisi positifnya, antara lain dapat memberi peluang kerja yang luas bagi lulusan pendidikan guru dan memberi bekal lebih mendalam sebagai bekal dalam penyeleksian calon guru PNS. Sedangkan sisi negatifnya adalah mereka terkesan memberikan pengajaran apa adanya dan tidak ikhlas karena dianggap sebagai pekerjaan sampingan menutupi waktu kosongnya setelah lulus sarjana. Kemudian, juga ada rasa kekhawatiran dipermainkan oleh sekolah , terutama masalah tunjangan yang seharusnya didapat dari pemerintah. Ada kecenderungan terjadi praktik korupsi yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan mengurangi jumlah yang semestinya mereka terima. Oleh karena itu, mereka seharusnya menuntut hak dan nasibnya selama ini yang telah termarginalkan dan tidak hidup selayaknya.

Pemerintah hendaknya mengurangi jurang ketimpangan antara antara guru PNS dan guru non PNS. Selain karena tuntutan perut dan mulut, pemenuhan kebutuhan tersebut juga digunakan untuk menunjang profesionalisme sebagai guru, seperti membeli buku bacaan. Dan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja yang telah ditetapkan untuk pendidikan sebesar 20 % , dapat digunakan untuk memberikan penghargaan terhadap guru yang berprestasi tanpa ada dikotomi antara guru PNS dengan guru non PNS sehingga guru lebih termotivasi untuk meningkatkan kualitas dirinya.

Adanya berbagai tantangan dan proemtantika yang dihadapi oleh para guru, harus disikapi dengan cerdik. Jangan sampai para guru harus putus asa mengahadapinya lantas lari dari masalah, tetapi akan lebih bijak lagi bila semua permasalahan diselesaikan dengan kepala dingin sampai diperoleh solusi yang tepat.

Istilah pahlawan tanpa tanda jasa nampaknya terlalu kerdil dan tidak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan perjuangannya. Karena pada prinsipnya, profesi seorang guru, lebih terhormat dari pada seorang Presiden. Jika tidak ada guru, mustahil ada pemimpin di negara ini. Bagaimana bisa menjadi seorang kepala negara kalau tidak sampai tamat sekolah dasar ataupun sekolah menengah. Contoh diatas memberikan gambaran betapa pentingnya peran seorang guru. Sudahilah penyebutan istilah itu kepada guru. Biarkan ia berjuang tanpa istilah dan sesuai dengan apa yang telah melekat di dalam sanubarinya. Mungkin tanpa istilah perjuangan dan pengorbananbya akan lebih bermakna secara tulus dan ikhlas. Diakui atau tidak, upaya yang kita raih saat ini, tidak dapat disangkal bahwa ada kontribusi dari orang lain, baik secara langsung ataupun tidak. Tetapi kontribusi seorang guru jauh lebih besar dari itu.

CONTOH BIOGRAFI


BIOGRAFI

Harfina Indriani dilahirkan di Bangkalan, Jawa Timur tanggal 12 Juni 1990, anak tunggal, pasangan Bapak Muhammad Hasin dan Ibu Nursiati. Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri Burneh 1. Kemudian pendidikan tingkat lanjut ditempuh di SMP Negeri 1 Bangkalan. Pendidikan tingkat menengah ditempuhnya di SMA Negeri 1 Bangkalan. Lalu dilanjutkan menempuh program Sarjana Pendidikan Fisika (S.Pd.) di Universitas Negeri Malang.

Saat SMP, menjadi anggota Marching Band GSBT selama periode tahun 2003-2005. Sejak SMA aktif di keanggotaan OSIS. Tahun 2006, menjabat sebagai anggota seksi Pendidikan Berorganisasi Politik dan Kepemimpinan. Kemudian tahun 2007 terpilih kembali dalam keanggotaan OSIS sebagai Koordinator seksi yang sama. Selain aktif dalam keanggotaan OSIS, juga aktif dalam tim jurnalistik SMA Negeri 1 Bangkalan. Dalam ekstrakulikuler tersebut, menjabat sebagai Reporter pada tahun 2006. Kemudian, tahun 2007 diangkat menjadi ketua jurnalistik, sekaligus sebagai ketua redaksi Majalah Siswa “Pustaka”. Semasa SMA juga terpilih menjadi salah satu siswa berpotensi dalam mata pelajaran kimia. Menjadi tim paduan suara tingkat Remaja di kabupaten Bangkalan, juga sempat digeluti.

Prestasi yang diraih antara lain juara I lomba Melukis tingkat kecamatan tahun 1997, juara II lomba Kaligrafi tingkat kecamatan tahun 1997, peringkat 10 terbaik lomba Melukis tingkat nasional tahun 1997, juara II lomba Baca Puisi tingkat kecamatan tahun 1999, juara III lomba Mata Pelajaran IPS tingkat kecamatan tahun 2003, juara I lomba Mata Pelajaran Bahasa Madura tingkat kabupaten tahun 2003, peringkat 10 terbaik lomba Amphibi tingkat kabupaten tahun 2003, juara III lomba Dialektika Anti Narkoba tahun 2006, juara II lomba Majalah Dinding tigkat kabupaten tahun 2007, juara I lomba Majalah Dinding tingkat Propinsi tahun 2007, Karya Tulis Ilmiah terbaik dalam Diklat Forum Studi Sain dan Teknologi tahun 2009, peringkat 10 terbaik dalam lomba Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis se Universitas Negeri Malang tahun 2009.

Beberapa puisi yang diciptakannya antara lain Bias Sang Pemimpin (2006), Bangkalan Permai (2006), Mentari Hati (2008), Lapuknya Sang Beringin (2008), dan Senandung Air Bergoyang (2009). Sedangkan makalah yang pernah ditulisnya antara lain Pers di Era Demokrasi Liberal (2009), Permasalahan Pendidikan di Indonesia (2009), Etika Penggunaan Internet Menurut Islam dalam Menghadapi Tantangan Global (2009), serta Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil (2009). Lalu artikel yang ditulisnya antara lain Bangun Percaya Diri (2007), Alasan Mengapa Harus Berhenti Merokok (2007), serta Dilema Tanpa Tanda Jasa (2009). Kemudian, karya ilmiah yang pernah ditulisnya antara lain Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 1 Bangkalan tahun Ajaran 2005/2006 (2006), Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran Melalui Wirausaha di Dusun Pancar, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan (2007), Minyak Kelapa Murni (VCO) Sebagai Alternatif Pengobatan Asam Urat (2008), Teknologi Satelit Sebagai sistem Telekomunikasi Nirkabel (2009), serta Pemanfaatan Rambut Jagung (Maydis stigma) Sebagai Alternatif Pengobatan Herbal Meluruhkan Batu-batu Empedu (Gallstones) Secara Alamiah (2009).

TIPS



TIPS

Bangun Percaya Diri

1. Musuh Nomor Satu : Rasa Takut

Takut itu alamiah. Ketakutan yang membuat kita malah mundur ke belakang, pasif, dan akhirnya tidak berani berbuat. Kebanyakan ketakutan ini bersifat psikologis. Khawatir tegang, malu, panik dan sebagainya berasal dari imajinasi diri. Karenanya kita harus meneranginya.

2. Berpikirlah Berhasil

Percayalah bahwa sobat dapat memindahkan gunung, maka sobat akan mampu melakukannya. Kita harus terus mematri sikap positive thinking. Berpikir mengkondisikan pikiran dan rencana pada suatu keberhasilan. Berpikir gagal mengkondisikan pikiran memikirkan pikiran-pikiran lain yang menghasilkan kegagalan.

3. Ingatkan Diri Bahwa Kita Lebih Bisa dari yang Kita Kira

Banyak berpikir bahwa kita memiliki lebih banyak kelebihan dari pada kekurangan yang kita miliki. Sukses tidak didasarkan atas nasib. Orang yang sukses adaah mereka yang bisa mengembangkan kepercayaan diri sendiri.

4. Percaya! Plis Dech

Kalau dirimu saja tidak percaya akan kemampuanmu, bagaimana orang lain?. Untuk itu, yakin saja bahwa sobat memiliki sesuatu dan percaya keyakinan itu akan membuahkan keberhasilan. Besar kecilnya keberhasilan, ditentukan oleh besar kecilnya kepercayaan kita.

By : Harfina

MAKALAH


KETERAMPILAN MEMIMPIN DISKUSI
KELOMPOK KECIL


Untuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia Keilmuan
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Imam Suyitno, S.S., S.Pd

Oleh
Harfina Indriani
209321420842


















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
November 2007


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Tentang Diskusi Kelompok Kecil.............. 3
2.2 Komponen-komponen Keterampilan Diskusi
Kelompok Kecil....................................................................... 4
2.3 Tahap-tahap Penyelenggaraan Diskusi kelompok...... 8
2.4 Keuntungan dan Kerugian Diskusi Kelompok............ 13

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................... 15
3.2 Saran................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................. 17


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia seringkali dihadapkan pada persoalan-persoalan yang tidak dapat dipecahkan hanya dari satu jawaban atau satu cara saja, tetapi perlu menggunakan banyak pengetahuan dan berbagai macam cara dalam menyelesaikan masalah. Di samping itu pula, banyak permasalahan di dunia yang dewasa ini memerlukan pembahasan yang sedikit rumit.
Dalam kehidupan sehari-hari baik di kantor, organisasi kemasyarakatan, maupun sekolah sering kali terjadi diskusi yang dilakukan oleh beberapa orang untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi atau untuk mengambil suatu keputusan tertentu. Diskusi merupakan kegiatan yang dapat melatih siswa untuk mengemukakan pendapat dan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar, melatih siswa bersikap kritis dan mampu berinteraksi sosial. Agar diskusi dapat berjalan baik, maka guru harus memiliki ketrampilan menjadi fasilitator dalam diskusi. Hal ini diperlukan agar siswa dapat berkomunikasi secara langsung mengambil keputusan bersama dan terlibat secara aktif dalam proses belajar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Turney (1979) mengungkapkan bahwa setidaknya ada delapan aspek penting yang dibutuhkan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar. Keterampilan yang dimaksud antara lain bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Tulisan ini bermaksud untuk memaparkan bagaimana menciptakan suatu pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, sehingga peserta didik termotivasi untuk mengikuti pelajaran di kelas. Untuk menciptakan pembelajaran itu diperlukan berbagai keterampilan, diantaranya keterampilan berdiskusi. Mengingat pentingnya aspek tersebut sebagai sarana penuangan aspirasi dan penngkatan keberanian siswa. Hal itulah yang menjadi latar belakang penulis dalam menulis makalah dengan judul ”Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil”.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil?
1.2.2 Apakah komponen-komponen keterampilan yang dibutuhkan dalam memimpin diskusi kelompok kecil?
1.2.3 Bagaimana penggunaan keterampilan dalam memimpin diskusi kelompok kecil?
1.2.4 Apa saja keuntungan dan kelemahan dari metode diskusi kelompok kecil?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini adalah:
1.3.1 Memahami maksud dari keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil.
1.3.2 Mengetahui komponen-komponen keterampilan yang dibutuhkan dalam memimpin diskusi kelompok kecil.
1.3.3 Memahami penggunaan keterampilan dalam memimpin diskusi kelompok kecil.
1.3.4 Mengetahui keuntungan dan kelemahan dari metode diskusi kelompok kecil.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Tentang Keterampilan Diskusi Kelompok Kecil
”Diskusi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1990) memiliki arti pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah” (Ponti, 2007)
Menurut Deddi Mulyana dalam Prakosa (2008) menyatakan bahwa ”kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut”.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian dari ”diskusi kelompok kecil adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu” (Anonim, 2008).
Karakteristik keterampilan diskusi kelompok kecil antara lain melibatkan sekelompok orang yang beranggotakan antara 4-9 orang (idealnya 5-9 orang), berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan) dan langsung, artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling beradu argumentasi dan saling mendengarkan serta berkomunikasi dengan orang lain, mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar kelompok, serta berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis dalam menuju suatu kesimpulan.
Diskusi kelompok kecil bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi, meningkatkan sikap disiplin siswa, meningkatkan motivasi belajar, mengembangkan sikap saling membantu, serta meningkatkan pemahaman.


2.2. Komponen-Komponen Keterampilan Diskusi Kelompok Kecil
Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dapat dikemukakan sebagai berikut:
2.2.1 Memusatkan Perhatian
Selama diskusi berlangsung dari awal sampai akhir guru harus selalu berusaha memusatkan perhatian siswa pada tujuan atau topik diskusi. Ini berarti harus menjaga agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan diskusi tidak terarah atau tujuan diskusi tidak tercapai. Tidak tercapainya tujuan dapat disebabkan oleh penyimpangan topik atau terjadinya pembicaraan yang bertele-tele. Pemusatan perhatian ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
2.2.1.1 Merumuskan tujuan awal pada diskusi serta mengenalkan masalah dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang menggugah rasa ingin tahu. Pertanyaan yang dimaksud hendaknya tidak terlampau luas, jelas, serta memungkinkan adanya alternatif jawaban.
2.2.1.2 Menyatakan masalah-masalah khusus dan mengungkapkannya kembali bila terjadi penyimpangan-penyimpangan.
2.2.1.3 Menandai dengan cermat perubahan-perubahan yang tidak relevan dari tujuan diskusi atau masalah yang sedang dibahas. Apabila terjadi, guru segera mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang didahului dengan komentar yang memaksa dan mengarahkan siswa sehingga diskusi kembali kearah yang diinginkan. Guru hendaknya berhati-hati menunjuk dan menghentikan penyimpangan tersebut agar jangan sampai menyinggung perasaan siswa. Kontrol yang terlampau ketat dapat mematikan partisipasi.
2.2.1.4 Merangkum hasil pembicaraan pada tahap tertentu, sebelum melanjutkan dengan masalah berikutnya. Ini penting agar kelompok menyadari hasil yang telah dicapai, target yang belum tercapai, serta apa yang dibicarakan berikutnya. Rangkuman dibuat dengan memanfaatkan gagasan siswa misalnya:
2.2.1.4.1 Mengakui gagasan siswa dengan jalan mengulang bagian penting yang diucapkan.
2.2.1.4.2 Memodifikasi gagasan siswa dengan cara menguraikan kembali.
2.2.1.4.3 Menggunakan gagasan siswa untuk mencapai kesimpulan atau menuju langkah berikutnya.
2.2.1.4.4 Membandingkan gagasan siswa dengan yang diucapkan sebelumnya.
2.2.1.4.5 Menerangkan yang telah diuraikan siswa baik secara perorangan maupun kelompok.

2.2.2 Memperjelas Masalah
Penyampaian ide yang kurang jelas (sukar ditangkap oleh anggota kelompok) dapat menimbulkan kesalahpahaman hingga suasana dapat menjadi tegang. Untuk menghindari hal itu, guru harus menjelaskan penyampaian ide tersebut dengan cara sebagai berikut:
2.2.2.1 Menguraikan kembali gagasan siswa yang kurang dimengerti hingga menjadi dimengerti oleh anggota kelompok.
2.2.2.2 Meminta komentar peserta diskusi yang lain dengan mengajukan pertanyaan yang membantu memperjelas ide atau mengembangkan ide tersebut.
2.2.2.3 Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan serta contoh- contoh yang mudah dimengerti.
Dengan memperjelas ide, maka semua peserta diskusi mendapat gambaran yang sama tentang apa yang dikemukakan, dan juga membantu mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

2.2.3 Menganalisis Pandangan Siswa
Dalam suatu diskusi sering terjadi perbedaan pendapat anggota kelompok. Agar perbedaan pendapat ini dapat membimbing kelompok untuk berpartisipasi secara konstruktif dan kreatif, guru diharapkan mampu menganalisa alasan perbedaan pendapat tersebut. Misalnya dapat dilakukan dengan cara:
2.2.3.1 Meneliti apakah alasan yang dikemukakan memang mempunyai dasar yang kuat.
2.2.3.2 Memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak disepakati.

2.2.4 Meningkatkan Urunan Siswa
Diskusi dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal ini dapat tercapai bila guru mampu meningkatkan urunan pikiran yang diberikan oleh siswa. Berbagai cara untuk meningkatkan urunan pikiran siswa diantaranya sebagai berikut:
2.2.4.1 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kunci yang nenantang siswa untuk berpikir, karena pertanyaan tersebut merupakan tantangan bagi ide atau kepercayaan.
2.2.4.2 Memberikan contoh-contoh baik verbal ataupun nonverbal yang sesuai pada saat yang tepat misalnya dalam bentuk cerita, gambar, atau diagram.
2.2.4.3 Menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat.
2.2.4.4 Memberikan waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu oleh komentar- komentar guru.
2.2.4.5 Memberikan dukungan kepada urunan siswa dengan jalan mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan komentar yang positif dorongan, serta sikap yang, bersahabat. Siswa yang merasa mendapat dukungan dari guru, akan terdorong untuk meningkatkan urunannya.

2.2.5 Menyebarkan Kesempatan Berpartisipasi

Dalam diskusi harus dihindari terjadinya monopoli pembicaraan, baik oleh siswa atau guru. Untuk menghindari monopoli pembicaraan, guru harus memiliki keterampilan untuk memberikan kesempatan yang lama bagi semua peserta diskusi. Penyebaran kesempatan berpartisipasi ini dapat dilakukan dengan cara:
2.2.5.1 Mencoba memancing atau mendorong siswa yang enggan atau malu mengeluarkan pendapat.
2.2.5.2 Mencegah terjadinya pembicaraan yang serentak dengan memberi giliran pada siswa yang pendiam terlebih dahulu.
2.2.5.3 Mencegah secara bijaksana siswa yang akan suka memonopoli pembicaraan.
2.2.5.4 Mendorong siswa untuk mengomentari urunan pikiran temannya sehingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan.
2.2.5.5 Jika terjadi jalan buntu karena perbedaan pendapat yang sama dapat dicari alternatif pemecahannya.

2.2.6 Menutup Diskusi
Keterampilan terakhir yang harus dikuasai guru adalah menutup diskusi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memusatkan perhatian siswa pada akhir kegiatan diskusi. mengorganisasikan hasil diskusi yang telah dipelajari menjadi satu kebulatan yang bermakna untuk memahami esensi pelajaran itu. Menutup diskusi kelompok kecil dapat dilakukan dengan cara:
2.2.6.1 Membuat rangkuman diskusi para siswa. Rangkuman yang dibuat bersama akan menjadi lebih efektif, daripada dibuat sendiri oleh guru.
2.2.6.2 Memberikan gambaran tentang tindak lanjut hasil ataupun topik diskusi yang akan datang.
2.2.6.3 Mengajak para siswa menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai dengan cara observasi, wawancara, skala sikap, dan sebagainya. Penilaian ini memungkinkan siswa menyadari serta menilai peran dan penampilannya dalam diskusi serta sekaligus merupakan balikan yang dapat dimanfaatkan dalam diskusi yang akan datang.


Dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil guru hendaknya tidak menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat dan latar belakang pengetahuan siswa. Guru juga diharapkan tidak mendominasi diskusi antara lain dengan pertanyaan yang terlampau banyak dan menyediakan jawaban yang terlalu banyak pula. Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi juga tidak baik terhadap suksesnya diskusi.
Guru sebagai fasilitator hendaknya tidak membiarkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang tidak relevan. Misalnya tergesa-gesa meminta respon siswa atau mengisi waktu dengan berbicara terus sehinggga siswa tidak sempat berpikir, membiarkan siswa yang enggan untuk berpartisipasi, tidak memperjelas atau mendukung urunan pikiran siswa, atau gagal mengakhiri diskusi secara efektif.

2.3. Tahap-Tahap Penyelenggaraan Diskusi Kelompok Kecil
Dalam melaksakan diskusi, diperlukan tahapan-tahapan pelaksanaan untuk menunjang keberhasilan dan pencapaian hasil diskusi yang diinginkan. Beberapa tahapan penyelenggaraan diskusi kelompok kecil yang dibutuhkan antara lain:
2.3.1 Merencanakan dan Mempersiapkan Diskusi Kelompok Kecil
Langkah-langkah perencanaan dan persiapan diskusi kelompok kecil yaitu:
2.3.1.1 Memilih topik atau masalah yang akan didiskusikan
Tujuan suatu diskusi bagi siswa adalah untuk mencapai hasil-hasil belajar dengan jalan berpikir dan berdiskusi mengenai suatu topik, mengumpulkan pengetahuan mereka tentang topik itu, dan menerapkan imajinasi mereka.
Pemilihan topik dapat dilakukan oleh guru sendiri, oleh guru bersama siswanya, atau oleh siswa sendiri. Topik yang akan dipilih hendaknya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, minat dan kemampuan siswa. Topik yang harus dipilih harus bermakna bagi peningkatan kemampuan berpikir siswa serta memenuhi syarat sebagai topik yang baik untuk didiskusikan.

2.3.1.2 Membagi siswa dalam kelompok-kelompok tertentu
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang pengetahuan dan pengalamannya seimbang atau sama terhadap topik yang akan didiskusikan. Salah satu kriteria dari sukses tidaknya suatu diskusi adalah sejauh mana tiap anggota berpartisipasi. Jika menghendaki lebih dari satu kelompok diskusi, maka usahakanlah menempatkan mereka yang berpengalaman pada bagian yang lain. Hal ini memberikan kesempatan berbicara yang sama tanpa memperlihatkan si bodoh kurang berpartisipasi dan si pintar yang berlebih-lebihan. Kelompok seharusnya cukup kecil (terdiri dari 5-9 orang), sehingga tiap anggota mempunyai kesempatan berpartisipasi lebih banyak di dalam diskusi itu.
2.3.1.3 Merumuskan tujuan diskusi
Sebutkanlah satu persatu tujuan yang ingin dicapai diskusi itu. Dalam hal ini tujuan harus dihindarkan dari kata-kata seperti, ”Untuk mendiskusikan cara-cara…” atau “Untuk memikirkan tentang…”. Yang sebenarnya tujuan tersebut di atas dapat diarahkan kepada pernyataan seperti ”Agar murid-murid dapat membantu orang-orang dalam menemukan…”.
2.3.1.4 Menyebutkan hasil belajar yang ingin dicapai
Buatlah daftar jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti, “Apakah yang harus diketahui oleh murid-murid kita agar sanggup mengerjakan hal-hal yang telah disebutkan satu persatu dalam tujuan diskusi?”. Hal-hal inilah yang harus kita ajarkan kepada mereka dalam saat-saat diskusi. Hal ini akan mencapai hasil¬hasil belajar yang anda inginkan.
2.3.1.5 Menyiapkan dan membagikan bahan pelajaran
Berikan topik kepada para pendiskusi, jauh sebelum diskusi dimulai. Sehingga mereka mempunyai kesempatan untuk mempelajari dan memikirkan topik itu. Berapa lamanya hal itu berlangsung, seharusnya tergantung keadaan, kurang dari 24 jam mungkin terlalu sedikit waktu untuk persiapan. Lebih dari 3-4 hari akan berakibat terlupakan semua topik yang dibicarakan.
2.3.1.6 Mengatur ruangan diskusi
Susunan perabot ruangan dapat mempengaruhi suksesnya diskusi. Susunan yang diharapkan adalah para pendiskusi duduk melingkar sehingga satu dengan yang lain dapat saling memandang. Cukup dengan mengatur kursi-kursi itu membentuk suatu lingkaran. Serta guru berada dalam posisi yang memungkinkan dia berhadapanm dengan semua siswa, sehingga dia benar-benar menjadi bagian dari kelompok tersebut. Pemimpin diskusi hendaknya sejajar dengan para anggota, tidak duduk memisah atau dengan kursi khusus.

2.3.2 Memulai Diskusi Kelompok Kecil
Dalam memulai diskusi kelompok kecil, hal-hal yang harus dilakukan antara lain:
2.3.2.1 Membuat skets mengenai topik diskusi
Apabila partisipan sudah duduk, mereka harus mulai berpikir, berpendapat, bercakap, dan belajar tentang hal yang menjadi permasalahan dalam diskusi. Pembicaraan yang halus akan mengarahkan proses mental mereka kepada topik diskusi dan mengusahakan mereka agar menyadari persoalan yang dihadapinya. Hal itu menimbulkan motivasi dengan jalan mengidentifikasi tujuan diskusi tersebut dengan jalan mengarahkan pikiran siswa kepada topik diskusi sehingga dapat akan menimbulkan konsentrasi. Hal ini memudahkan diskusi pada jalan yang benar.
2.3.2.2 Memberikan pertanyaan yang merangsang pikiran
Bila diskusi sudah siap, sebaiknya anda memberikan petunjuk untuk mulai berbicara. Buat satu pertanyaan yang tidak dapat dijawab keseluruhannya dengan satu kata atau satu kalimat. Hal ini memaksa siswa untuk bereaksi dan berpikir.
2.3.2.3 Memberikan ilustrasi tentang kehidupan
Buatlah skets tentang situasi atau ilustrasi yang berhubungan dengan topik itu dan tanyakanlah ”Apakah yang anda perbuat dalam keadaan seperti itu?”. Pertanyaan ini dapat menggantikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pikiran atau dapat pula memberi tambahan. Tidak ada cara yang lebih baik dalam hal memberi motivasi kepada pendiskusi¬-pendiskusi itu daripada memberikan kepada mereka situasi kehidupan dan pelaksanaannya secara sukses bergantung kepada pengetahuan tentang topik yang didiskusikan itu. Penggunaan situasi kehidupan ini disebut metode pengajaran case study. Metode ini biasanya menekankan pada analisa dan interpretasi yang luas tentang sebuah kasus yang dipilih untuk menunjukkan hasil belajar dari sebuah proses diskusi.

2.3.3 Menjaga agar diskusi berjalan sukses

Agar diskusi dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
2.3.3.1 Mempergunakan setiap bantuan
Cobalah beri penguatan atau gunakanlah setiap pendapat yang diberikan oleh partisipan. Yang dimaksud adalah bahwa setiap orang merasa lebih bebas mengeluarkan pendapat-pendapatnya jika mereka merasa dihargai dan tidak akan ditertawakan atau diremehkan apabila pendapatnya itu tidak sesuai dengan apa yang menjadi pikiran orang banyak.
2.3.3.2 Menjaga agar diskusi tetap pada relnya
Beberapa teknik yang akan menolong agar diskusi tetap pada tujuan awalnya, antara lain dengan memperhatikan agenda dan di mana diskusi itu menyimpang, menyuruh seorang pencatat untuk membuat outline diskusi tersebut, memberi pertanyaan kepada partisipan yang menyimpang tadi dengan kata-kata ”Sudikah anda menjelaskan sedikit apa yang anda katakan yang ada hubungannya dengan topik kita?”, atau dengan membuat rangkuman setiap waktu.
2.3.3.3 Menyimpan argumentasi terhadap hal-hal yang tidak penting
Jangan diadakan argumentasi atau diskusi tentang hal-hal yang sangat mendetail. Jika ada perdebatan mengenai soal-soal sepele, sebaiknya anda bertanya, “Berapa banyakkah perbedaan yang nyata antara penyelesaian persoalan kita dengan apa yang anda debatkan?”. Apabila jawabannya, “sedikit”, maka hentikan subyek itu atau buatlah pemecahan soal yang kompromis.
2.3.3.4 Menghubungkan aspek-aspek baru dengan bahan yang sudah didiskusikan sebelumnya
Masukkanlah aspek-aspek baru dari topik itu ke dalam ide yang sudah dibicarakan sebelumya. Berilah penjelasan atau suruhlah seseorang memberi penjelasan dengan suatu ide yang baru, untuk menunjukka hubungannya bersama dengan dengan teman-teman.
2.3.3.5 Mencegah membicarakan kembali ke topik yang sudah diselesaikan
Jangan diijinkan membicarakan kembali untuk kedua kalinya suatu topik yang sudah diselesaikan. Kadang diskusi berputar-putar disebabkan karena seseorang berhenti dari topik yang sedang dibicarakan dan kembali pada topik yang sudah dibicarakan sebelumnya.
2.3.3.6 Mendorong setiap anggota untuk berpartisipasi
Untuk memisahkan siswa menjadi kelompok-kelompok diskusi yang cocok, maka anda harus mengetahui latar belakang atau penilaian kemampuan masing-masing anggota.
2.3.3.7 Tidak membiarkan siapapun untuk mendominasi diskusi itu.
Diupayakan agar setiap siswa dapat turut aktif terhadap jalannya diskusi. Diskusi dapat dikatakan berjalan sukses apabila setiap komponen mendapat andil dalam pelaksanaan diskusi sesusi dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.3.3.8 Mengakhiri tiap topik
Akhirilah topik yang didiskusikan itu dengan merangkum konsesus¬konsesus (gabungan pendapat) itu secara singkat dan jelas, sebelum menginjak ke topik yang baru.
2.3.3.9 Mempercepat diskusi
Secara umum lebih baik beralih dari satu topik lainnya sebelum segala sesuatu (semuanya) dibicarakan. Daripada meneruskannya sampai semua anggota merasa payah dan ingin berpindah ke hal-hal lain.
2.3.3.10 Mengarahkan perhatian kepada tiap aspek
Pergunakanlah salah satu dari pertanyaan-pertanyaan atau komentar¬komentar anda untuk mengarahkan perhatian terhadap setiap aspek dari subyek yang agaknya oleh pendiskusi-pendiskusi itu diloncati atau dilampaui tanpa perhatian yang jelas.
2.3.3.11 Menyimpulkan diskusi
Supaya sungguh-sungguh berhasil seperti yang diharapkan, suatu diskusi harus ditutup. Memuat rangkuman diskusi itu (mempergunakan outline di papan tulis), kemudian capailah suatu konklusi yang tepat dan jelas. katakanlah konklusi satu per satu dengan jelas dan tepat, tulislah konklusi itu, selanjutnya bubarkan group itu.

2.4 Kelebihan Dan Kelemahan Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil mempunyai kelebihan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal, apabila diskusi berjalan seperti tujuan yang diharapkan sebelumnya. Disamping itu, tidak ditampik pula kelemahan dari pelaksanaan diskusi tersebut. Diskusi kelompok mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat menimbulkan kegagalan, dalam arti tidak tercapainya tujuan yang diinginkan.
2.4.1 Kelebihan-kelebihan Diskusi Kelompok Kecil
2.4.1.1 Kelompok memiliki sumber informasi maupun buah pikiran yang lebih kaya dari pada yang dimiliki individu karena itu dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik.
2.4.1.2 Anggota kelompok termotivasi oleh kehadiran anggota kelompok lain. Anggota kelompok pemalu lebih bebas mengemukakan pikirannya dalam kelompok kecil daripada dalam kelompok besar.
2.4.1.3 Anggota kelompok merasa lebih terikat dalam melaksanakan keputusan kelompok, karena terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
2.4.1.4 Diskusi kelompok dapat meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain dengan demikian dapat meningkatkan kemampuan individu untuk berinteraksi.
2.4.2 Kelemahan-kelemahan Diskusi Kelompok Kecil
2.4.2.1 Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak dari pada belajar biasa.
2.4.2.2 Dapat memboroskan waktu, terutama bila tejadi hal-hal negatif seperti pengarahan yang kurang tepat, pembicaraan yang berlarut-larut, penyimpangan yang tidak ditegur, atau penampilan yang kurang baik.
2.4.2.3 Anggota-anggota yang kurang agresif (pendiam, pemalu, dan sebagainya) sering tidak mendapat kesempatan untuk mengemukakan ide-idenya sehingga menyebabkan terjadinya frustasi dan penarikan diri.
2.4.2.4 Adakalanya diskusi banyak didominasi oleh orang-orang tertentu saja.





BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.1.1 Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses percakapan yang teratur
yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka dengan tujuan berbagi informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah.
3.1.2 Keterampilan-keterampilan dalam memimpin diskusi kelompok kecil antara lain memusatkan perhatian, memperjelas masalah atau urutan pendapat, menganalisis pendangan siswa, meningkatkan urunan siswa, dan menyebarkan kesempatan berpartisipasi.
3.1.3 Tahapan dalam menyelenggarakan diskusi kelompok kecil antara lain merencanakan diskusi (pemilihan topik, mengelompokkan siswa berdasarkan, pengalamannya, merumuskan tujuan diskusi, menetapkan hasil-hasil belajar yang hendak dicapai, memberikan penjelasan mengenal topik diskusi dan mengatur tempat duduk), memulai diskusi (membuat outline singkat, memberikan pertanyaan yang merangsang pikiran, dan pemberian ilutrasi tentang kehidupan) dan menjaga agar diskusi berjalan dengan sukses (memperkuat dan menggunakan setiap bantuan, menjaga agar diskusi tetap pada relnya, menyimpan argumentasi terhadap hal-hal yang penting, menghubungkan aspek-aspek baru dengan bahan yang sudah didiskusikan sebelumnya, mencegah pembicaraan topik sebelumnya, mendorong setiap anggota berpartisipasi, melarang siapapun mendominasi, mengakhiri setiap topik, mempercepat diskusi, mengarahkan perhatian kepada setiap aspek yang di abaikan, dan mengambil kesimpulan).
3.1.4 Kelebihan-kelebihan diskusi kelompok yaitu memilki sumber informasi yang lebih kaya, anggota kelompok sering termotivasi kelompok lain, anggota kelompok merasa terikat, serta dapat meningkatkan kemampuan individu untuk berinteraksi. Sedangkan kelemahan-kelemahan diskusi kelompok kecil yaitu memerlukan waktu banyak, anggota yang kurang agresif sering tidak mendapat kesempatan mengemukakan idenya, serta adakalanya diskusi didominasi orang-orang tertentu.

3.2. Saran

Diskusi kelompok memiliki kelebihan dan kekurangan yang telah disebutkan diatas, sehingga sebagai pemimpin diskusi, guru hendaknya:
3.2.1 Menghindari ide yang kurang jelas dengan memperjelas ide.
3.2.2 Mampu untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil.
3.2.3 Berusaha menyebarkan kesempatan berpartisipasi.
3.2.4 Mampu mengakhiri diskusi secara efektif.



DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2008. Kumpulan Metode Pembelajaran Pendamping. (www.apadefinisinya.blogspot.com, diakses 31 Oktober 2009).
Anonim. 2004. Penggalakan Diskusi kelompok, Bahasa China dan Jepang. (www.re- searchengine.com, diakses 31 Oktober 2009).
Ponti. 2007. Diskusi. (www.kelompokdiskusi.multiply.com, diakses 31 Oktober 2009).
Puslata UT. 2008. Kemampuan Dasar Mengajar. (www.puslata.ut.ac.id, diakses tanggal 1 januari 2010).
Soewandi, Slamet. 2008. Belajar Bahasa Indonesia dengan Diskusi. (www.ialf.edu, diakses 3 November 2009).
Tumuka, Leonardus. 2009. Diskusi dan Transfer Pengetahuan. (www.ltumuka.blogspot.com, diakses 31 Oktobet 2009).
Trio. 2009. Diskusi, Diskusi Panel, Seminar. (www.treeyo.wordpress.com, diakses 7 November 2009).